Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca global. Hal ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang berlebihan ke atmosfer, terutama dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian industri.
Dampak perubahan iklim sudah terasa di seluruh dunia, termasuk naiknya permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah, perubahan pola curah hujan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Mengutip beberapa sumber, ada penyebab umum dari perubahan iklim. Pertama, emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan nitrus oksida memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan pemanasan global. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian industri adalah kontributor utama emisi gas rumah kaca.
Kedua adalah aktivitas manusia lainnya seperti industri, transportasi, dan pembangunan infrastruktur juga berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Peran Jurnalis dalam Antisipasi Perubahan Iklim
Jurnalis memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik tentang perubahan iklim dan mendorong tindakan untuk mengatasinya. Mereka dapat melakukan ini dengan memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang sains perubahan iklim, dampaknya, dan solusi potensial.
Lalu menampilkan dampak perubahan iklim pada individu, komunitas, dan ekosistem di seluruh dunia, menyelidiki dan melaporkan tentang emisi gas rumah kaca dari perusahaan, pemerintah, dan aktor lain.
Di luar itu jurnalis perlu mendorong solusi yang sedang dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi perubahan iklim. Sekaligus menggunakan fotografi dan videografi yang kuat untuk memvisualisasikan dampak perubahan iklim dan solusi potensial.
Gagasan ini sejatinya bukan isu yang mengada-ada. Karena sepanjang catatan yang ada, jurnalis, termasuk fotografer dan videografer, sebetulnya sudah beberapa kali terlibat dalam peliputan perubahan iklim.
Misal saat Banjir Jakarta 2021. Saat itu jurnalis serius melaporkan tentang intensitas hujan yang ekstrem, luapan air sungai, dan dampak banjir terhadap masyarakat. Mereka mewawancarai korban banjir, petugas penyelamat, dan pejabat pemerintah, menganalisis penyebab banjir, termasuk sistem drainase yang buruk dan perubahan iklim, lalu mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah banjir di masa depan.
Lalu saat kebakaran hutan yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Jurnalis melaporkan tentang kebakaran hutan yang meluas, dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta peran deforestasi dan industri kelapa sawit dalam memicu kebakaran.
Sebagian dari mereka menyelidiki perusahaan yang bertanggung jawab atas deforestasi dan mendesak mereka untuk mengambil tindakan, lalu mendorong pemerintah untuk memperkuat penegakan hukum dan melindungi hutan.
Masalahnya, kegiatan peliputan yang dilakukan jurnalis kerap terjebak pada peristiwa dan dampak. Bukan dukungan pada kegiatan sosialisasi dan antisipasi. Maklum, seperti banyak disampaikan pengamat, jurnalis sebagai bagian dari institusi media kerap terjebak pada pandangan yang menyebut jika lingkungan bukan isu yang seksi.
Isu lingkungan di Indonesia memang belum menjadi fokus utama pembaca media massa. Hal ini terlihat dari minimnya pemberitaan dan halaman khusus yang membahas tentang isu lingkungan dibandingkan dengan isu lain seperti kriminal, politik, atau gosip selebritis.
Bisa jadi ini bersmber dari kenyataan bahwa masyarakat Indonesia belum fully aware terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya edukasi dan informasi tentang isu lingkungan, serta kesibukan sehari-hari yang membuat mereka tidak sempat untuk mempedulikannya.
Meski harus diakui pula, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap isu lingkungan di Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai komunitas dan organisasi lingkungan, serta meningkatnya pemberitaan tentang isu lingkungan di media.
Ini terjadi seiring edukasi publik tentang pentingnya menjaga lingkungan terus dilakukan, baik melalui media massa, sekolah, maupun komunitas. Lalu kerjasama antara media massa, organisasi lingkungan, dan akademisi untuk menghasilkan pemberitaan tentang isu lingkungan yang menarik dan informatif, juga terus dikuatkan.
Pada saat bersamaan, pemerintah juga memperkuat penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan agar memberikan efek jera bagi para pelaku dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Dengan usaha bersama dari berbagai pihak, diharapkan isu lingkungan di Indonesia dapat mendapatkan perhatian yang lebih semestinya dari masyarakat dan media massa
Perubahan iklim adalah masalah yang kompleks dan mendesak, dan jurnalis memiliki peran penting dalam membantu kita memahami dan mengatasinya. Dengan memberikan informasi yang akurat, menceritakan kisah yang kuat, dan mendorong solusi, jurnalis dapat membantu membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
Penulis adalah dosen Stikosa AWS sekaligus praktisi media