Sidoarjo (prapanca.id) – Melihat Aksara Jawa Kuna atau disebut Aksara Kawi, yang kini tak dipergunakan lagi di keseharian masyarakat Jawa, mendorong Syska Liana, seorang seniman visual, perfomance artist serta aktivis perempuan ini membuat sebuah program belajar Aksara Jawa Kuna bersama para seniman.
Tak hanya belajar membaca serta mengerti sejarah Aksara Kawi. Namun Syska yang berhasil mendapat dana hibah perorangan dari Dana Indonesiana oleh Kemendikbud Ristek RI ini, juga mengajak para seniman untuk membuat karya yang didalamnya terdapat unsur Aksara Jawa Kuna untuk dipamerkan.
Maka terbentuklah Pameran Seni Aksara Jawa Kuna Nawasena yang dibuka secara umum dari Minggu 5 Mei sampai 26 Mei 2024 di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo. Memamerkan 15 karya dari 15 seniman yang sebelumnya telah mengikuti kelas Aksara Jawa Kuna dari Februari hingga Maret 2024.
“Ada 11 seniman yang kita pilih dari Open Call dan empat lainnya seniman undangan termasuk saya. Selama kelas, ada 4 kali pertemuan dalam satu bulan dan kita juga pergi ke situs-situs sejarah di Mojokerto dan Sidoarjo,” jabar Syska selaku Ketua Pelaksana acara tersebut.
Selain itu, Syska yang turut membuat karyanya berupa mahkota berlampu LED berjudul Strī Makuțhadara ini menyebut panitia dalam acara ini juga 50 persen perempuan dan 50 persen laki-laki. Komposisi itu baginya juga sebagai perwujudan kesetaraan gender dalam acara ini.
“Karya ku itu mempresentasikan kehebatan perempuan di era kerajaan Majapahit, yaitu Sri Rajapatni, Sri Tribhuwanottunggadewi dan Dewi Suhita yang punya peran penting di era Majapahit,” jelasnya.
Selain itu juga ada karya instalasi pintu yang dilengkapi tirai lontar serta flashcard, dari seniman paling muda di acara tersebut. Yaitu karya dari Shafi Rahman yang berjudul Lawang Aksara Jawa Kuna.
Dalam karyanya, Shafi yang baru berusia 16 tahun ini mengatakan ide pembuatan flashcard Aksara Jawa Kuna dengan daun Lontar itu, muncul saat ia melihat buku aksara yang terdapat tabe-tabel aksara kuna dan berfikir jika selama ini belum ada yang membuat flashcard Aksara Jawa Kuna.
“Saya pakai lontar itu mengikuti jaman dahulu yang menulisnya masih di batu, tulang atau daun. Maka saya pilih daun lontar. Saya ukir pakai pisau pangrupak,” rinci siswi kelas 10 Madrasah Aliyah Negeri Surabaya ini.
Sedangkan untuk instalasi pintu serta tirai lontar. Shafi yang tahu kelas Aksara Jawa Kuna dari iklan Instagram ini mengatakan jika karya instalasi pertamanya itu adalah metafora versinya untuk kembali ke masa lalu dalam mengingat kembali budaya-budaya di masa lampau.
“Biasanya aku melukis sama suka belajar bahasa asing, seperti bahasa jepang dan mandarin. Dan waktu tahu ada kelas Aksara Jawa Kuna aku merasa tertantang, karena jangan sampai bisa bahasa negara lain, tapi bahasa Jawa sendiri enggak,” aku Shafi yang menerima Anugrah Kebudayaan Indonesia 2023 ini.
Maka dalam acara ini, Panji Aji Pradana selaku dari Dana Indonesiana bagian Pendayagunaan Ruang Publik mengatakan, dari acara ini bisa mengedukasi teman-teman muda, jika aksara Jawa tak hanya tulisan, tapi juga bisa dibuat perfomance art serta karya-lainnya seperti yang dipamerkan sekarang.
“Saya harap kegiatan seperti ini akan berlangsung terus, serta banyak orang-orang yang tahu jika Dana Indonesiana itu bantuan langsung dari pemerintah. Supaya teman-teman bisa membuat kegiatan-kegiatan bersifat kebudayaan seperti ini,” pungkasnya. (jel)