Surabaya (prapanca.id) – Banyak hal menarik yang ditemukan tim riset Stikosa AWS saat pelaksanaan observasi & pemetaan kompetensi lulusan SMA/SMK di Kabupaten Blitar, awal Agustus lalu. Yakni keberadaan SMK Islam Anharul Ulum yang lokasinya berdekatan dengan destinasi wisata edukasi Kampung Coklat di desa Plosorejo Kecamatan Kademangan.
Maka pelaksanaan Focus Group Discussion melibatkan juga pihak manajemen Kampung Coklat sebagai perwakilan dunia usaha & dunia industri (dudi), bertempat di ruang serbaguna Kampung Coklat, 11/8/2024. Baswara Yua Kristama, M.Sos, Pjs Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabian Masyarakat (LPPM) Stikosa AWS, bertindak sebagai moderator diskusi. Peserta FGD terdiri dari 4 orang pihak dunia usaha & dunia industri dan 10 orang dari pihak sekolah, baik dari SMK Islam Anharul Ulum dan SMA Blitar.
Sebagai destinasi wisata kebanggaan kota Blitar, Kampung Coklat merupakan wahana wisata buatan berbasis edukasi. Membutuhkan waktu yang sangat panjang bagi pemiliknya, H. Kholid Mustofa, untuk merintis bisnisnya. Ide membuat wahana wisata ini muncul saat ia bangkrut mengelola bisnis peternakan ayam karena wabah flu burung tahun 2004. Lalu ia merintis usaha baru dengan merawat 120 pohon kakao milik keluarganya di areal tanah 750 meter persegi. Tahun 2014, ia mulai membuka wahana wisata edukasi ini.
Kini Kampung Coklat berkembang dengan sangat pesat, menjadi destinasi wisata kebanggaan kota Blitar. Beragam wahana permainan, food court dan produk coklat berbagai varian bisa dibeli pengunjung sebagai cenderamata. Kampung Coklat juga telah bersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada tahun 2020.
Sedangkan SMK Islam Anharul Ulum (SMKIAU) merupakan bagian dari Pondok pesantren An Harul Ulum, di bawah naungan Yayasan K.H Mohamad Dawami Nurhadi. Berdiri tahun 2016, sekolah ini mengkolaborasikan pendidikan pesantren dengan pendidikan formal. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum Merdeka dibawah Kemendikbud. Ada tiga jurusan yang dibuka, yakni Agribisnis Pengolahan Hasil pertanian (perkebunan herbal), Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (mobil) dan Farmasi Klinis dan Komunitas Teknologi farmasi. Jurusan ini dibuat karena menunjang kebutuhan SDM setempat, ujar Asna Susiati, guru BK SMKIAU.
“SMK kami menambahkan konsep Santripreneur dengan menggabungkan pendidikan agama dengan keterampilan bisnis. Sehingga santri tidak hanya memiliki ilmu agama yang kuat, tetapi juga mampu berwirausaha secara mandiri dan berkontribusi pada perekonomian” imbuhnya.
Salah satu wujud santripeneur adalah mengembangkan usaha sekolah yang memproduksi “Sari Nanas Harum,” . Menurut Guru BK itu, peluang bisnis ini diterapkan karena melimpahnya buah nanas sebagai hasil tanaman lokal di Blitar. Namun ia mengakui masih ada yang kurang dari pengembangan produk sekolah tersebut, khususnya pelatihan bagi siswa secara aktif dalam aspek bisnis, dari produksi hingga pemasaran. Serta pelatihan untuk ide-ide kreatif dalam mempromosikan atau meningkatkan produk.
Menurut Joa Ibas, panggilan keseharian Baswara, selama menggali pertanyaan dari para peserta FGD, hal yang dibutuhkan dunia usaha & industri adalah para lulusan yang mempunyai skill, terlebih lagi jika sudah mempunyai sertifikasi ketrampilan semacam sertifikat BNSP. Mereka beralasan, persaingan industri sangatlah ketat. Jika melakukan open recruitmen fresh graduate akan sulit untuk dibina dan memerlukan waktu lama menggali skill yang dimiliki masing-masing calon pegawai.
Seluruh peserta FGD mengharap ada tambahan pelatihan-pelatihan untuk menambah skill, khususnya aspek pemasaran dan ide-ide kreatif untuk mengembangkan usaha. Bahkan pihak sekolah mengharap Stikosa AWS bisa memberikan pelatihan secara teknis tentang pemasaran digital, ujar Joa Ibas. (sas)