Bojonegoro (prapanca.id) – Seni peran dalam dunia teater tak pernah kehilangan pesonanya. Di antara panggung dan sorot lampu, seorang aktor dapat menjadi siapa saja: seorang birokrat, seniman, pedagang, pencuri, atau bahkan seorang agamawan. Pilihan itu ada pada mereka.
Setiap peran tersebut, dalam seni teater, harus dimainkan dengan sepenuh hati untuk memberikan nilai tambah. Masing-masing membutuhkan dedikasi dan energi yang berbeda.
“Kunci dari keberhasilan itu adalah kedisiplinan. Mulai dari latihan, adaptasi skenario, hingga penghayatan karakter tokoh,” kata Untung Basuki (75), tokoh teater Yogya, dalam acara diskusi seniman teater pada Sabtu (1/6/2024).
Acara langka di Kota Bojonegoro ini bertajuk “Silaturahmi Seniman Teater Jogjakarta – Bojonegoro”. Diinisiasi atas kerjasama antara Rumah Merdeka Bojonegoro dengan Teater Kancil Yogya.
Tempatnya, di ruang terbuka Kafe Actor, Gang Modin 1, Desa Kauman, Bojonegoro, yang dikelola oleh Takim Magito-gito.
Selain Untung Basuki, hadir juga dedengkot Sanggar Bambu, Meritz Hindra (Teater Alam), Yayak Yatmaka (aktivis seni), Dibyo, Japhen, Probo (Teater Kancil), serta Edi Haryono (Bengkel Teater).
Seluruh rangkaian acara ini diawali dengan pembukaan oleh Prof Dr Ir Agus Ds dari Teater Kancil.
“Inilah awal dari kerinduan akan ‘Arisan Teater’ di Yogyakarta pada era 70-an. Seperti malam ini, di Bojonegoro,” jelas Mas Agus.
Dalam dua jam penuh, acara malam itu dipenuhi dengan diskusi hangat dan keakraban di antara para seniman. Beragam pertanyaan diajukan mulai dari dampak teknologi hingga kekhawatiran akan masa depan seni teater.
“Seni teater tidak akan pernah redup. Setiap zaman, akan selalu muncul jenis-jenis teater yang merepresentasikan realitasnya. Ada teater buruh, teater rakyat, teater kontekstual, teater bisu, dan sebagainya,” tegas Meritz Hindra.
Yayak Yatmaka mendukung pernyataan tersebut, menegaskan bahwa seni teater semakin menjadi sorotan dengan adanya teknologi. “Mari manfaatkan teknologi untuk lebih menguatkan pesan-pesan dari sebuah pertunjukan teater,” katanya. Malam itu, ia menghibur dengan menyanyikan lagu-lagu tentang Indonesia. (sas)