Bogor (prapanca.id) – Di tengah kompleksitas dinamika organisasi kemasyarakatan, muncul satu suara bijak yang menyerukan arah baru perjuangan: Djoko Sungkono, Staf Ahli Ketua Umum HNSI hasil Munas Bogor, mengingatkan bahwa organisasi massa bukanlah panggung perebutan kekuasaan, melainkan ruang pengabdian kolektif bagi masyarakat, khususnya para nelayan.
Sebagai sosok dengan rekam jejak panjang di bidang jaminan sosial, mantan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (2008–2013) ini menyoroti fenomena dualisme kepemimpinan dalam tubuh organisasi, termasuk Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).
“Konflik ini bukan sekadar soal administratif, tapi cermin kegagalan memahami esensi organisasi: membela yang lemah, bukan mendulang pengaruh,” tegas Djoko, yang juga pernah menjabat sebagai Direktur PT Jamsostek selama dua periode.
Munas Bogor: Revitalisasi Organisasi, Bukan Perebutan Kursi
Djoko menyambut positif pelaksanaan Munas HNSI di Bogor, yang menurutnya merupakan langkah penyelamatan dari kevakuman organisasi lama yang tak lagi aktif dan jelas arahnya. Munas ini melahirkan kepemimpinan baru di bawah Laksamana (Purn) TNI Sumardjono, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut.
“Ini bukan soal siapa yang kuat, tapi siapa yang peduli pada kemaritiman dan nasib nelayan nasional,” ujar Djoko.
Alumni Stikosa AWS ini menilai, dorongan dari DPD-DPD HNSI untuk menyatukan barisan adalah wujud tanggung jawab moral terhadap nelayan yang selama ini terabaikan—dari akses BBM subsidi yang timpang hingga minimnya perlindungan sosial keluarga pesisir.
Menjawab Dualisme dan Tantangan Kepemimpinan
Sayangnya, langkah revitalisasi ini tak lepas dari hambatan klasik: dualisme kepemimpinan. Adanya SK ganda dari pengurus lama membuat situasi semakin membingungkan.
Namun Djoko menegaskan, netralitas bukan berarti diam. Dalam kondisi seperti ini, kejelasan hukum dan keberpihakan pada kepentingan nelayan adalah yang utama.
“HNSI tidak bisa terus terpecah. Korbannya bukan pengurus, tapi nelayan yang terpinggirkan,” ucapnya.
Ia menyerukan pentingnya kedewasaan kolektif untuk menjadikan konflik sebagai titik balik perjuangan, bukan bara perpecahan.
Lautan Pengabdian, Bukan Arena Ambisi
Sebagai Staf Ahli Ketua Umum HNSI, Djoko menyampaikan harapan agar arah organisasi kembali pada marwah perjuangannya.
“Laut bukan tempat bertarung untuk ambisi, tapi tempat kita menebar pengabdian. HNSI harus kembali jadi jangkar harapan bagi nelayan Indonesia.”
Di tengah gelombang konflik internal, Djoko menegaskan pentingnya hadirnya nahkoda yang bijak, yang bukan ingin menguasai kapal, tetapi siap mengarungi badai demi masa depan nelayan dan komunitas pesisir Indonesia. (sas)